Nenek tua kurus, berkain dikepala. Namun rasa sayangnya begitu tulus, seraya rasa cintanya pada cucu. Kata Umi, Etek dan Dusanak semua, saya satu diantara belasan cucunya yang paling disayang. Hehhe.
Namun jika anda meminta saya menggambarkan wajah nenek, memori yang lemah ini tentu tak ingat. Maaf. Pembelaan saya mungkin karna nenek meninggal saat saya usia 5 tahun.
Tapi satu pesan nenek tersisa yang melekat kuat pada alam bawah sadar. "Habiskan butir nasi terakhirmu, Nak. Kalau kau ndak makan, menangislah nasi itu. Kasihan dia ditinggal sendirian".
Sepanjang tahun semasa kecil saya kadang bertanya dalam hati. Apa makna nenek selalu mengingatkan demikian. Warisan pesan "sepele" yang ternyata juga dilakukan umi. Tak pernah tertinggal sebutir nasi pun setiap kali umi makan diatas piringnya.
Tak lekang, setiap ada saudara atau sepupu yang datang kerumah dan nasinya tidak habis, umi pasti marah besar. Untunglah, dua besannya tak demikian.
Bertahan, warisan itu saya jaga dan saya rawat. Saya wariskan pula pada raziq. Jadi teringat, Tiga sahabat kuliah saya dulu juga faham betul. Saat kami makan bersama dan makanan mereka ndak habis, pasti liriknya pada saya.
Sungguh dahsyat filosofi para pendahulu kita. Banyak merangkai kata sederhana yang penuh makna. Makna nasi bukanlah sembarang nasi. Ada titipan pesan syukur diantara butiran nasi tersebut. Setiap butiran merupakan nikmat Allah. Setiap butiran adalah rahmat Illahi. Bayangkan jika ada sebagian saudara kita yang harus menempuh puluhan kilo, atau bekerja jutaan keringat dulu baru mendapatkan sebutir nasi. Lalu, kita tega meninggalkan puluhan butirnya diatas piring luas?
Pantas, nenek selipkan kata "kasihan nasinya kalau tidak dimakan, nak". Kiasan yang Indah Nek, makna saya dalam hati.
Dalam sesi makan malam, kadang saya bergurau dengan istri. Awas bunda ada nasi sisa. Bisa jadi nasi sisanya jadi penghalang kita masuk surga loh.
Resapan usang yang mendalam. Interpretasi terhadap sebutir nasi dan rasa syukur tentu bisa anda terjemahkan masing-masing. Kadang, banyak hal yang menjadikan hati ini untuk gundah dan tidak bersyukur. Atau banyak ujian yang datang menimpa dan membuat semuanya menjadi runyam. Padahal sesungguhnya, ada bagian-bagian kecil disekeliling yang kita lewatkan untuk membuatnya menjadi lebih berkah dan bahagia.
Pesan seorang teman: Jangan lupa bahagia. Karna bahagia diawali dengan rasa syukur :)
24 Maret 2017.
Malam dimana hari Gajian, dan Raziq terlelap untuk siapkan liburannya esok.
Komentar
Posting Komentar