Langsung ke konten utama

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan.

===============================

Tok tok tok...
"Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia).

7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang".

6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal boss Sigit (boss yang ajarkan tentang kesederhanaan) tahu betul bahasa inggris saya ndak Khatam. Tapi apa daya, kalau Allah sudah takdirkan mau berkata apa -- sampai juga injak kaki di tanah eropa. Fundraising Forum, ruang terbuka dari berbagai negara member of STC untuk saling berbagi pengalaman baik di ranah masing-masing. Mengenali gaya fundraising dan kebijakan di negara-negara member.

Save the Children (SC) Spain dan India yang mendapat kesempatan presentasi waktu itu. Bercerita tentang integrated campaign yang mereka lakukan dan mendapat hasil funding yang luar biasa. Above the Line - Below the Line, Digital campaign, DRTV. Dalam hati saya bergumam, kami sudah melakukan ini 3 tahun lalu di DD saat kampanye ramadhan.

Dalam hati terus berbisik, relatif harusnya lembaga lokal ada yang mampu untuk mendunia. Kemudian berandai-andai "InsyaAllah bisalah ini organisasi indonesia yang mendunia seperti ini".

Tahun ketiga saya kembali ke madrid -- setelah tahun sebelumnya sempat di London, kali ini lebih ramai. Melancong bersama semua leader di FRMC - Fundraising, Communication, and Marketing teams. Pengalaman bersama mereka yang menakjubkan. Dua pekan bersama orang-orang hebat. Menghisap pelan-pelan ilmu yang mereka punya. Wajar; kak Evi punya jutaan cerita dengan dunia wartawannya. Mas Jere, pemain otak kiri yang orientasi cuan dan peluang, kak Lena si paling Juarak kalo dah buat strategi F2F Fundraising, last but not least -- mbak Maitra yang menurut saya salah satu tokoh Fundraiser wanita terbaik di ASEAN. 

==================================

Deeerrt, deeertt...
Dua bulan setelah kepulangan dari Madrid, salah seorang senior mengirim pesan singkat melalui aplikasi. Tak lama kami bertemu dan berdiskusi soal update di organisasi faith-based. Seperti biasa, kopi jadi penengah dan penghangat. Singkat cerita semua tentang ajakan "pulang". Saya juga pernah berjanji di tulisan "izin pamit" pada Februari 2017 -- bahwa suatu saat akan "pulang".

Seperti yang sudah-sudah, segala mekanisme dilakukan. Istikharah, berdiskusi dengan istri, dan meminta restu dari Ibu. Tahu betul segala konsekuensi akan didapat. Baik lebih pun kurang. Tapi bukan-kah hidup itu pilihan?! Finally, Semua approved dengan segala konsekuensi. Sambil meyakini proposal kepada Sang Pembuat Skenario sudah dikonfirmasi di sepertiga malam.

Saya merespon ajakan tangan salah seorang senior tersebut, tangannya hangat dan saya genggam erat. Saya tutup mata dengan segala catatan-catatan kecil yang mendunia sepanjang 3 tahun kebelakang, saya simpan rapih di dalam kantong. Akhirnya, Saya berjalan pelan untuk "pulang". 

Saat tiba, kami melepas tangan. Saya buka mata pelan-pelan. Jangan ditanya soal rasa, pasti banyak makna. SAYA PULANG. Namun, ada yang berbeda. Rumah tak lagi hijau, bentuknya hampir sama. Yang beda, kali ini Rumah Mulai Membiru.

Saya masuk kedalam dan berjalan pelan-pelan dengan penuh kehsyukan. Saya keluarkan catatan satu per satu. Tiada henti untuk terus belajar dengan cara dan gaya yang berbeda-beda dari sebelumnya. Qadarullah, 7 Maret 2020 saya benar-benar "pulang". Tepat 3 tahun pasca saya menerima laptop, password dan login dari mbak-mbak HR nya STC. Dan tepat 3 tahun pasca bathin "liar" saya bicara soal durasi belajar di International NGO. Allah Maha mewujudkan. (Pesan; Jangan remehkan doa Sob. Langitkan saja terus, biar para prajuritNya yang bantu wujudkan)

Empat tahun berjalan sudah official masuk ke Rumah Biru. Masih mungil, kontribusi yang telah diberikan. Tapi InsyaAllah semangat besar ini untuk mendunia tidak pernah surut. Mimpi-mimpi hingga 2030 sudah kami susun baik-baik, kami catat rapih-rapih, tinggal kami kerjakan sungguh-sungguh.

Empat Tahun yang tak kalah menakjubkan dari bangunan Madrid, pun Jembatan di London.

Empat Tahun yang (mungkin) banyak kemiripan dengan 7 tahun pertama. Yang membedakan, hanya tak ada Jus pakde ataupun Tongseng ala CIP dulu. Sisanya hampir serupa. Tentang nilai, tentang pembelaan hak, dan tentang perjuangan siapa yang harus di bela.

Apapun, Semoga Allah Ridhoi 4 tahun perjalanan ini. Allah terus tuntun Empat tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya untuk diri ini makin manfaat. Agar saatnya benar-benar PULANG nanti punya bekal, punya modal akhirat, punya sesuatu yang jadi pemberat timbangan. Aamiin





Komentar

  1. Semoga terus Istiqomah berjuang bersama Rumah Biru hingga terukir jejak-jejak Kemanusiaan itu hingga akhir hayat.

    BalasHapus
  2. MasyaAllah, aamiin senior dan rekan diskusikuh. terus tumbuh bersama,

    BalasHapus
  3. Kapan kita buka nasgor di london boy? 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, cuma bisa kangen mas. Sementara, kenangan yg disyukuri dulu bisa jalan ma elu 5KM/day. Pake sendal jepit pula. wkwkwk

      Hapus
  4. Barakallahufikum...sebiru hari ini 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hari ini biru nya agak sendu. karna hujan terus beriringan,, nuhun sudah mampir anyway

      Hapus
  5. Keren perjalananya uda Boy.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah, sebenernya memaksa diri utk tetep nulis kak. biar gak tumpul. makasih ya dah mampir

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat. Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies. Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak. Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif.  Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu. Saat sebagian lainnya rek

Gelanggang Ketenangan Duka Mas Helmi

Seusai membawa ambulans sendiri dari rumah sakit ke rumah duka untuk hantar Almarhum adik kandungnya, mas Helmi menyampaikan ada indikasi malpalraktek di RS daerah Jakarta, tempat adiknya dirawat selama 12 hari. Lembaga Bantuan Hukum Dompet Dhuafa sudah dikontak dan akan bantu advokasi kasus adiknya mas Helmi ini. Terlepas dari itu, Rumah duka ada di gang kecil. Ayahnya yg seorang pedagang buku dan madu sampaikan terima kasih kepada DD. Persepsi muncul saat saya diskusi kecil dengan ayahnya. Dugaan saya, banyak nilai2 filosofis yg ditanamkan kepada anak2nya. Kembali ke Mas Helmi, anak pertama dari empat bersaudara. Baru saja lulus tes magister di Universitas Indonesia. Beliau masuk ke Dompet Dhuafa sebagai Karyawan Project, Asisten Manager Kantor DD Cabang Pembantu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat enam bulan lalu. Pagi ini membuat saya tertegun. Diantara huru hara harapan kenaikan gaji dikantor, ada syukur mendalam  bertemu orang seperti mas helmi. Sosok yg penuh kecukupan dan rasa s