Langsung ke konten utama

RINI

Mas yang namanya masBoy ya?
2013 kalau ndak salah. Perempuan berhijab yang masih kuliah waktu itu. Logatnya sudah kuduga, pasti orang minang. Kemudian kujawab, Iya bener. Kenapa mbak?
 
Lupa detail apa yang ia bicarakan saat itu. Tapi kuingat sekali ia menawarkan solusi satu hal di CRM.

Lama tak bertemu, ntah mengapa akhirnya ia menjadi bagian tim Fundraising. Ramadhan kalau ndak salah. Maklum, ramadhan memang menjadi tempat singgah Dompet Dhuafa untuk anak mahasiswa yang ingin nambah uang jajan.

2015, akhirnya ia resmi kami rekrut. Menjadi bagian tim hebat FR. Menjadi bagian mak Tika untuk FR Infak Tematik. Aktif dengan tawaran-tawaran solusinya tetap ndak hilang.

Satu yang saya rindu dari Rini, saat menelfon tantenya dengan bahasa minang. Fasih, minang 'language' yang sudah mulai jarang Umi dendangkan waktu dirumah.

Gadis minang yang kuat. Maklum. Seorang Rini yang harus tetap membiayai adiknya yang juga kuliah saat itu. Saya tidak tahu mendalam mengenai orang tuanya, tapi yang saya tahu gadis minang ini hanya punya maktuonya (tante) yang menjadi orang tua. 

Diantara perjuangannya, kemudian saya bahkan lupa. Kapan ia sedih dan meratap. Setiap kehadirannya selalu memberikan tawa bagi sekelilingnya. 

Rini, yang tak pernah bilang "enggak". Dan selalu bilang iya daboy, siap daboy. Hampir semua tugas selesai. Tapi bukan staf yang ABS (Asal Boy Senang) juga, jika ada titah yang salah dari saya Rini selalu interupsi dengan santun. Merevisi perintah agar lebih sempurna, hebat kamu Rin.

Saat "Saya Izin Pamit" Februari 2017 lalu, Rini menjadi pasukan penitis air mata (ciaelah). Duduk tertegun dan merintik air mata di depan agak kanan dari arah pandang saya, saat saya mengumumkan "izin pamit" di rumah makan depan gedung kantor bersama 11 tim lainnya.

212, saat serangkaian muslim jatuh ke monas. Saat yang bersamaan seorang Rini jatuh pada lelaki tampan. Syafrudin, dulu bagian tim besar kami yang bertugas menjadi asisten di wilayah Barat-Tanggerang. Pesona Rini, tanpa sadar mengikat mata pria tampan asal jawa barat itu.

212 dan Takjub, saat beberapa Manager dan Supervisor DD secara bergelombang datang menghadiri akad dan walimahan Rini di Padang Pajang. Persis sebelah kampung halaman saya, Bukittinggi.


Royal Wedding Rini-Udin, menjadi tema besar 212 saat itu. Jadi ingat, saat saya berada di Masjidil Aqsa dan di hadapan Kabah, Rini menitip doa agar ia dan laki-laki misteriusnya bisa berjalan lancar untuk Halal. Meski kepo melaju, siapakah laki-laki itu. Maklum, dunia pergosipan DD lama tak merujuk. Tapi biarlah, doa tulus melaju hingga langit ketujuh di lokasi yang insya Allah makbul. 

Hingga akhirnya undangan itu datang tepat sepekan sebelum hari besarnya. Saya duduk tertegun, mengingat seorang gadis minang yang pejuang. Sebatang kara kuliah dan menguliahi adiknya di Universitas Islam di Jakarta.
Bahkan kemudian, Rini menjadi salah satu adik andalan Teh Peggy Melati Sukma waktu DD dan beliau ada misi bersama saat itu.

Selamat berbahagia Rin. Berangkatnya rombongan para Boss dan rekan kerjamu ratusan Kilometer ke Padang untuk menghadiri hari bahagiamu, memberikan pesan bahwa kau terus tumbuh hebat dan baik. Lengkap. 


Karna, kadang yang tumbuh seringkali melupakan dasar tanahnya. Tetaplah berbahagia, dan membahagiakan orang sekelilingmu.

Salam untuk Udin, suamimu.

Perjalanan Delay Kereta, Bandung - Jakarta
(saat mengisi Trainning DD Volunteer - 8 & 9 Des 2018)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat. Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies. Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak. Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif.  Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu. Saat sebagian lainnya rek

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan. =============================== Tok tok tok... "Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia). 7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang". 6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal b

Gelanggang Ketenangan Duka Mas Helmi

Seusai membawa ambulans sendiri dari rumah sakit ke rumah duka untuk hantar Almarhum adik kandungnya, mas Helmi menyampaikan ada indikasi malpalraktek di RS daerah Jakarta, tempat adiknya dirawat selama 12 hari. Lembaga Bantuan Hukum Dompet Dhuafa sudah dikontak dan akan bantu advokasi kasus adiknya mas Helmi ini. Terlepas dari itu, Rumah duka ada di gang kecil. Ayahnya yg seorang pedagang buku dan madu sampaikan terima kasih kepada DD. Persepsi muncul saat saya diskusi kecil dengan ayahnya. Dugaan saya, banyak nilai2 filosofis yg ditanamkan kepada anak2nya. Kembali ke Mas Helmi, anak pertama dari empat bersaudara. Baru saja lulus tes magister di Universitas Indonesia. Beliau masuk ke Dompet Dhuafa sebagai Karyawan Project, Asisten Manager Kantor DD Cabang Pembantu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat enam bulan lalu. Pagi ini membuat saya tertegun. Diantara huru hara harapan kenaikan gaji dikantor, ada syukur mendalam  bertemu orang seperti mas helmi. Sosok yg penuh kecukupan dan rasa s