Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Semu(a) Semu

Sore jelang buka puasa hari ketiga, duduk berhadapan dengan Umi di meja makan. Berdua saja. Tanpa siapa-siapa. Umi tetap memilih air putih hangat, aku teh manis hangat. Tambahan sajian kurma sukari bawaan dari mekkah kemarin. Tak ada yang mewah jika dengan Umi. Kata Umi sih sederhana, tapi bagiku tetap saja irit menuju pelit. :D Bukan simbol kemewahan makanan, tapi ini soal kemewahan rasa. Anak lelaki kesayangannya, dengan Umi yang dulu perkasa. Duduk berhadapan. Berdua saja. Masih jelang buka puasa, kami diskusi apa saja. Menjadi sahabat curhatnya, tentang apa saja dengan sepekan kemarin. Kadang,  mendebat sedikit soal Jokowi dan Prabowo, atau soal Ahmad Saikhu dan Ridwan Kamil, hahha.  Hingga pada waktunya, azan berkumandan. Berebut kurma menjadi pembuka. Ndak sengaja, diantaranya kuberhenti pada pandangan kulit daging jatuh pada lengannya. Pandangan kedua jatuh pada kulit lehernya yang melambai. Masya Allah, umi tak muda lagi, tak perkasa lagi seperti dulu. Dan kemudian