Langsung ke konten utama

Berhentilah Menuntut, Perbanyaklah Kontribusi

Jelang 10 hari undur diri dari lembaga, saya sengaja membuka meja panjang untuk urung rembug bersama tim. Diskusi soal startegi departemen kami selama 2017. Bahasanya penguatan. Agar semua jelas, semua paham, semua nyaman. Bersyukur, 15 orang berkumpul, 1 diantaranya sedang sakit.

Plus minus 13 slide saya paparkan. Pointnya adalah layanan sedekat langkah dan engagement sedekat hati. Sekedar informasi, kami adalah sales Zakat dan Sedekah level nasional dan international. Maka dua strategi kunci itu yang kami tanam.

Seakan rekan-rekan saat itu tau jika saya akan angkat kaki, dan begitu memang biasanya. Sebelum ada statement resmi atas isu lembaga, maka dinding lebih dulu bicara, hhhehe. Maka kemudian saya buka sesi diskusi. Beberapa detik hening, detik berikutnya mas Eko (Manager Area Jakarta Barat-Tanggerang) angkat bicara.

Pertanyaan yang lembut dan menukik akhirnya terwakili oleh beliau. Pertanyaan yang mungkin melekat pada setiap kepala saat itu. Apakah benar soal isu DaBoy akan resign? Saya ingat sekali momen saat itu. Semua saling lihat, semua tersenyum kecut.. hihhi.

Tanpa sepengetahuan mereka, saya sisipkan 3 slide sisa pada presentasi startegi 2017 tadi. Slide pertama soal Amanah-amanah perjalanan saya selama di DD. Keceriaan tim dari zaman mas Arifin sampai zaman mas Bambang, dan pelesatan jabatan saya yang relatif cepat. Slide kedua saya masukan foto dengan tulisan "saya izin pamit". Tanpa sadar dan sengaja, slide ini membuat air di mata lekas turun oleh sebagian yang hadir. Seakan menjawab awal pertanyaan diawal. Slide ketiga saya titipkan pesan bermakna "Berhentilah Meminta, Perbanyaklah Kontribusi".

Sengaja slide pertama saya buka dengan prestasi. Semoga hati ini jauh dari "Riya", yang kemudian saya ceritakan detail bagaimana perjalanan saya hingga akhirnya menjadi Manajer. Guyonan sebagian senior, menyebut Manajer Muda.

Saya ceritakan, semua serba kebetulan, semua mengikut saja alur yang telah disusun Allah. Saya beri satu kalimat kunci waktu itu kepada sahabat-sahabat yang hadir. "Jangan berhenti berkarya. Karna dia yang akan bicara dimasa depan. Hentikan meminta, karna dia yang akan menuntutmu di masa datang".

Saya sampaikan pelan-pelan betul. Berhentilah meminta, tapi mulai fokuslah pada disiplin yang diajarkan oleh Mas Bambang waktu itu. Setiap amil muda itu harus disiplin waktu, disiplin pemikiran, disiplin perilaku. Dimaklumi, sebagian sahabat diruang itu mulai galau saat belum-belum juga dipastikan nasibnya sebagai Amil. Maka, sisipan kalimat berikutnya tersampaikan "Jangan berhenti berkarya yang penuh nilai ibadah. Karna dia yang akan menolong kita di akhirat". Artinya, Allah tidak tidur temans. Mungkin nasihat sederhana ini bisa obati sebagian sahabat yang galau.

Tepat sehari sebelum saya akan tercatat tidak lagi menjadi Amil, mas Urip (pak GM yang easy going) menginisiasi Capacity Building di seluruh tim dibawahnya. Menyambung, mas Bambang dalam sambutannya bercerita sesuatu. Soal seorang istri yang menelfon istrinya malam-malam. Menyoal rumah tangga. Esok paginya diundang istri mas Bambang untuk pencarian solusi, saat itu diminta hadir lepas shubuh. Point besarnya adalah tuntutan. Suami banyak menuntut, istri tak mau kalah menuntut. Maka saling tuntut layaknya persidangan.

Ujungnya, bersyukur selesai. Kalimat solusinya adalah berhentilah menuntut. Kalimat yang bertemu usai dialog alot dengan mas Bambang dan Istrinya. (Dua sejoli yang patut ditiru tentang sholeh dan sholehahnya).

Kemudian saya juga jadi ingat saat diskusi dengan seorang Ustadz, perihal kebelet nikah 4 tahun lalu. Ustadz tersebut mengakhiri dengan kalimat sederhana. Berhentilah terus menuntut pada Tuhanmu, tapi kontribusilah pada kepantasan dirimu untuk menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Perbanyaklah shaum, perkuatkan doa. Bukti nyata, 6 bulan setelahnya saya menikahi gadis cantik berkerudung biru.

Bukan hanya hubungan pegawai dan perusahaanya, bukan hanya hubungan Suami dan Istri, bahkan menyoal hubungan kita dan agama pun tercatat rapih dalam Al-Quran dan Hadist. Beberapa catatan Allah dalam kitab suci, bukankan menyebutkan barang siapa yang menolong urusan agama Allah, maka urusan kita akan ditolong olehNya? Puluhan ayat soal sedekah juga tidak jauh mengenai ini. Siapa yang bersedekah (memberi/berkontribusi), maka dengan sendirinya harta kita dicukupkan.

Bukankah Allah juga pernah sebut "Barang siapa yang beryukur, maka akan ditambah nikmatnya?"
Bagian pengingat diri ini dan semoga untuk kita semua. "BERHENTILAH MENUNTUT, PERBANYAKLAH KONTRIBUSI".



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat. Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies. Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak. Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif.  Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu. Saat sebagian lainnya rek

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan. =============================== Tok tok tok... "Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia). 7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang". 6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal b

Gelanggang Ketenangan Duka Mas Helmi

Seusai membawa ambulans sendiri dari rumah sakit ke rumah duka untuk hantar Almarhum adik kandungnya, mas Helmi menyampaikan ada indikasi malpalraktek di RS daerah Jakarta, tempat adiknya dirawat selama 12 hari. Lembaga Bantuan Hukum Dompet Dhuafa sudah dikontak dan akan bantu advokasi kasus adiknya mas Helmi ini. Terlepas dari itu, Rumah duka ada di gang kecil. Ayahnya yg seorang pedagang buku dan madu sampaikan terima kasih kepada DD. Persepsi muncul saat saya diskusi kecil dengan ayahnya. Dugaan saya, banyak nilai2 filosofis yg ditanamkan kepada anak2nya. Kembali ke Mas Helmi, anak pertama dari empat bersaudara. Baru saja lulus tes magister di Universitas Indonesia. Beliau masuk ke Dompet Dhuafa sebagai Karyawan Project, Asisten Manager Kantor DD Cabang Pembantu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat enam bulan lalu. Pagi ini membuat saya tertegun. Diantara huru hara harapan kenaikan gaji dikantor, ada syukur mendalam  bertemu orang seperti mas helmi. Sosok yg penuh kecukupan dan rasa s