Langsung ke konten utama

Air Mata Mekkah, Jatuh Di Qatar (1)

"Mas boy, antum bersama mbak desi ya untuk dampingi Kak Seto dan Dokter Lula ke Qatar akhir bulan depan", ujar mas Putra - General Manager DD yang saat masih bertugas dulu.

Menjadi keberuntungan berada dalam divisi Fundraising Infak selama setahun kemarin. Didalamnya ada departemen International Partnership. Departemen ini bertugas menggali potensi donasi Kemanusiaan dan Ziswaf di berbagai belahan dunia. Kebahagiaan lain berada dalam gerbong besar lembaga ini yang sudah memiliki 5 cabang Luar Negeri; Hongkong, Australia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang

Qatar, menjadi bagian rencana tindak lanjut atas pembukaan cabang di masa depan - mungkin. Akhir Februari tahun lalu menjadi saat tak terduga, saat saya ditugaskan lembaga untuk mengawal Kak Seto melakukan Fundraising di Qatar. Caranya, memberikan seminar kemudian melakukan donasi langsung dan lelang kemanusiaan untuk program Dompet Dhuafa di Palestina. Di saat yang sama, mbak Desi mengawal Dokter Lula Kamal dalam lawatan kami.

Ada yang menarik dalam langkah awal keberangkatan awal kami. Tanggal dan waktu sudah di promo pada beberapa bagian kota di Qatar, namun Visa agak sulit untuk keluar. H-1 lah yang menjadi penentu. Meski pada akhirnya kami mendapat informasi keluarnya visa agak terhambat karna usia Kak Seto yang sudah Senior (rupanya).

Kesan pertama menaikin maskapai International. Fly Emirates. Kami berangkat 3 hari setelah mbak desi dan Dokter Lula Kamal tiba di Qatar. Ndak disangka, 70% penumpang adalah jamaah umroh asal Indonesia.

Eh, kak seto ya? Ayo ayo foto bu. Ada kak seto nih, "sapa seorang jamaah diatas pesawat". Beberapa jam kami terbang, transitlah di Dubai International. Ada durasi 4 jam menunggu disana, bersama kak Seto yang wajahnya tak terlihat lelah sama sekali.

4 jam mempertemukan kami dengan salah seorang pekerja Qatar asal India. Dan sepasang suami istri yg habis liburan sebulan di Asia Timur.

Selang waktu, tibalah kami di Bandara Doha, Qatar. Dijemput oleh pak Agri. Sesosok Volunteer DD yang sangat tulus dan baik hati. Beliau rela potong cuti untuk urus acara dan jemput kami di Bandara.

Jelang magrib, kami meluncur ke seminar pertama di Alkohr, Doha. Puluhan keluarga asal Indonesia sudah menanti talkshow bersama Kak Seto dan Dokter Lula Kamal. Didahulukan dengan sambutan Pak Dubes, yang menyambut terima kasih kepada DD atas kerjasama selama setahun terakhir.

Mbak desi wakilkan DD untuk beri sambutan. Akhir acara, donasi langsung dikelola. Dokter Lula, melelang pakaian yg dikenakan malam itu. Alhamdulillah, donasi capai lebih dari Rp.32jutaan saat itu.

Usai acara, kami lanjut rehat di Hotel. Hotel Retaj Al Rayyan kalau tidak salah namanya. Barulah terlihat kak Seto mulai lelah. Meski takjub dengan ceritanya, hingga sekarang beliau push up 100x sehaei setiap pagi, wow.

Pagi menjelang, saya melihat pantai Doha dari atas hotel. Subhanallah, melihat putihnya pasir dan gedung2 baru yang dibangun. Tercatat, 3 tahun 500 tower berdiri. Negara kaya tanpa membebani pajak kepada warganya.

Indahnya pandangan mata, teringat pada istri dan anak dirumah. Sedihnya, andai mereka ikut menikmati ini bersama2.

Tak lama, teringat tangisan kemarin siang saat dimotor jelang pulang kerumah. Seketika, saya teringiang ka'bah di benak mata. Air mata tertetes ndak sengaja. Serius ndak sengaja loh yah. Apalagi saat diskusi berdua istri, ingiiin sekali rasanya ke Mekkah berdua. Menikmati jamuan Allah dengan sang cinta.

Saat kenangan berakhir, terbesit untuk bersyukur. Hari ini ada di negara (mirip) mekkah (mungkin). Karnanya lah, AIR MATA MEKKAH JATUH DI QATAR.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat. Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies. Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak. Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif.  Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu. Saat sebagian lainnya rek

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan. =============================== Tok tok tok... "Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia). 7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang". 6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal b

Gelanggang Ketenangan Duka Mas Helmi

Seusai membawa ambulans sendiri dari rumah sakit ke rumah duka untuk hantar Almarhum adik kandungnya, mas Helmi menyampaikan ada indikasi malpalraktek di RS daerah Jakarta, tempat adiknya dirawat selama 12 hari. Lembaga Bantuan Hukum Dompet Dhuafa sudah dikontak dan akan bantu advokasi kasus adiknya mas Helmi ini. Terlepas dari itu, Rumah duka ada di gang kecil. Ayahnya yg seorang pedagang buku dan madu sampaikan terima kasih kepada DD. Persepsi muncul saat saya diskusi kecil dengan ayahnya. Dugaan saya, banyak nilai2 filosofis yg ditanamkan kepada anak2nya. Kembali ke Mas Helmi, anak pertama dari empat bersaudara. Baru saja lulus tes magister di Universitas Indonesia. Beliau masuk ke Dompet Dhuafa sebagai Karyawan Project, Asisten Manager Kantor DD Cabang Pembantu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat enam bulan lalu. Pagi ini membuat saya tertegun. Diantara huru hara harapan kenaikan gaji dikantor, ada syukur mendalam  bertemu orang seperti mas helmi. Sosok yg penuh kecukupan dan rasa s