Langsung ke konten utama

Jejak Seribu Langkah di Negeri Seribu Sungai

"Tahun lalu yang buat saya terenyuh Mas Boy, pas diberikan bungkusan daging sapi di daerah barito koala - Banjarmasin, sampai ada kegirangan banget", sisip Ust. Baihaqi - Mitra Tebar Hewan Kurban DD wilayah Banjarmasin.

Sepanjang perjalanan Ustadz bicara banyak soal tebar kurban. Termasuk cerita soal kedekatan dengan Mas Jamil Azzaini, yang dulu mengurus THK DD di awal2. Bagian sejarah masuknya tebar kurban di Banjarmasin.

Ustadz yang alumni IPB, kini mengelola sebuah yayasan disini (banjarmasin, red). Dari suntikan satu buah sapi dari THK DD di awal tahun 2000an, kini melesat hingga puluhan Sapi yang dikelola. Yang kawal adalah para peternak lokal. Pelatihan peternak agar ternak bisa sehat dan berkualitas tetap dikawal sahabat dari Kampoeng Ternak Dompet Dhuafa.

Perjalanan menuju Tebing Rimba, salah satu pelosok Banjarmasin tempuh dua jam lebih. Artinya lebih dari 200 kilo bisa sampai tempat ini. Tak lepas, pemandangan sungai tak putus. Sesekali hutan menjadi destinasi. Lagi, buaya menjadi bumbu2 cerita. Menjadi wajar memang, sungai yang me-rawa menjadi habitat Buaya berkembang biak di kota ini.

Sesampainya, kami disambut mitra peternak. "Saya mah sudah lama Pak Boy ternak sapi. Sejak dibantu Ustadz Baihaqi dan yayasan, Alhamdulillah sapi saya sudah sampai 10", celoteh Pak Kasian - Mitra Ternak THK DD.

Rumah beratap kain tanpa plafon, dan dinding yang setengah kayu yang digunakan pak Kasian untuk merawat sapi2 bersama istri dan 5 orang anaknya.

Hari kemarin menjadi Quality Control (QC) terakhir THK DD. Dari sepuluh kuota yang disiapkan, menjadi sayang saat hanya tujuh kuota yang lolos SOP THK DD (minimal berat dan tidak cacat). Maaf, urusan ini memang harus tegas. Amanah donatur agak (takut) kami toleransi. Meski menjadi simalakama memang. Saat sisi lain tiga sapi gugur tak jadi potong disini. Artinya beberapa dhuafa lepas dari impian dagingnya.

Rencana, di hari tasyrik esok (12-14/9), kami merencana pemotongan di tiga titik. Dua titik di pelosok Bajarmasin Barat, satu titik di pemukiman miskin kota. Tak jauh dari pusat kota Banjarmasin.

Hari Terakhir, Kurbalah yuk. Maksimal hari ini untuk THK DD terima titipan kurban anda semua. Gerakan kebaikan ini tentu jauh lebih berarti saat jadi jamaah. Tak ada kelebihan anda menitip kurban ke THK DD dibanding kurban di sekitar rumah. Mungkin hanya satu yang unggulnya, THK DD bantu distribusi ke wilayah pelosok negeri. Atau samadengan menarget mereka2 yang belum makan/setahun sekali makan daging. Didukung dengan manajemen pengendalian mutu dan pengembangan sistem, Insya Allah. Anda titip, kami kawal, dhuafa berhari raya, dan bersiap kecipratan limpahan keberkahan atas hal-hal tadi. Selamat Berkurban.

Salam dari negeri Seribu Sungai, lengkap dengan senyum buayanya :)

#jelajahkurbannuasantara #kurbanesia #banjarmasin

Cek kurban disini:
Kurban.dompetdhuafa.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat. Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies. Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak. Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif.  Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu. Saat sebagian lainnya rek

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan. =============================== Tok tok tok... "Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia). 7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang". 6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal b

Gelanggang Ketenangan Duka Mas Helmi

Seusai membawa ambulans sendiri dari rumah sakit ke rumah duka untuk hantar Almarhum adik kandungnya, mas Helmi menyampaikan ada indikasi malpalraktek di RS daerah Jakarta, tempat adiknya dirawat selama 12 hari. Lembaga Bantuan Hukum Dompet Dhuafa sudah dikontak dan akan bantu advokasi kasus adiknya mas Helmi ini. Terlepas dari itu, Rumah duka ada di gang kecil. Ayahnya yg seorang pedagang buku dan madu sampaikan terima kasih kepada DD. Persepsi muncul saat saya diskusi kecil dengan ayahnya. Dugaan saya, banyak nilai2 filosofis yg ditanamkan kepada anak2nya. Kembali ke Mas Helmi, anak pertama dari empat bersaudara. Baru saja lulus tes magister di Universitas Indonesia. Beliau masuk ke Dompet Dhuafa sebagai Karyawan Project, Asisten Manager Kantor DD Cabang Pembantu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat enam bulan lalu. Pagi ini membuat saya tertegun. Diantara huru hara harapan kenaikan gaji dikantor, ada syukur mendalam  bertemu orang seperti mas helmi. Sosok yg penuh kecukupan dan rasa s