Seusai membawa ambulans sendiri dari rumah sakit ke rumah duka untuk hantar Almarhum adik kandungnya, mas Helmi menyampaikan ada indikasi malpalraktek di RS daerah Jakarta, tempat adiknya dirawat selama 12 hari. Lembaga Bantuan Hukum Dompet Dhuafa sudah dikontak dan akan bantu advokasi kasus adiknya mas Helmi ini.
Terlepas dari itu, Rumah duka ada di gang kecil. Ayahnya yg seorang pedagang buku dan madu sampaikan terima kasih kepada DD. Persepsi muncul saat saya diskusi kecil dengan ayahnya. Dugaan saya, banyak nilai2 filosofis yg ditanamkan kepada anak2nya.
Kembali ke Mas Helmi, anak pertama dari empat bersaudara. Baru saja lulus tes magister di Universitas Indonesia. Beliau masuk ke Dompet Dhuafa sebagai Karyawan Project, Asisten Manager Kantor DD Cabang Pembantu Jakarta Utara dan Jakarta Pusat enam bulan lalu.
Pagi ini membuat saya tertegun. Diantara huru hara harapan kenaikan gaji dikantor, ada syukur mendalam bertemu orang seperti mas helmi. Sosok yg penuh kecukupan dan rasa syukur. Rumah di gang sempit, namun tetep mau jd aktivis di lembaga seperti DD. Calon mahasiswa S2 Universitas Indonesia, tetapi mau buka tutup konter malam2 demi melayani publik untuk berzakat.
Sesaat menyolatkan adiknya, dan jelang keberangkatan jenazah ke Jogja, saya peluk erat tangannya. Tanpa sadar, seluruh keluarga tidak ada yang bersedih sendu. Semua seakan tenang dalam keihklasan. Entah apa ilmu yang ditanamkan oleh kepala keluarga ini, luar biasa.
Semoga adikmu turut tenang dan menjadi penghuni Surga, mas Helmi.
Komentar
Posting Komentar