Langsung ke konten utama

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat.

Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies.

Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak.

Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif. 

Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu.



Saat sebagian lainnya rekan-rekan sejawat mengisi ruang borokrasi, Anies hadir di masyarakat dengan provokasi komunitas turun tangannya. Saat sudah turun dan mengetahui nuansanya, Anies provokasi anak muda untuk terjun politik. "Kalau politik diisi bukan oleh orang baik, maka politik akan terus kotor. Ayo turun tangan", begitu ujarnya.

Pada saatnya tiba, Anies turun juga politik. Saat merasa cukup membaca buku dan belajar di depan kacamatanya, waktunya tiba juga. Anies hadir dalam konvensi Demokrat -- gaya² US mencari tokoh. Anies kalah, kemudian beliau belajar lagi mendampingi pak Jokowi di 2014. Anies calon gubernur dengan melawan kekuasaan. Maaf -- tanpa uang, tanpa bawa massa. Hanya modal itu-itu saja yang disuarakan: Gaagasan, Narasi, Aksi.



Anies membawa misi kampanye gaya baru. Positive vibes kata anak muda. Melakukan perubahan tanpa menyakiti. Saat gaya kampanye menawarkan gagasan dan narasi, sebagian diantaranya mengikut. Meski diantaranya yang lain sulit mengimbangi. Maka, cara² kampanye transkaksi tempo doeloe -- amplop, kasih kaos, nasi bungkus -- selesai!

Anies menginspirasi dengan cara baru. Yang bisa diwarisi untuk anak cucu. Paling tidak andai Rafathar mau nyalon presiden, dia ingat. Bahwa pernah ada capres yang memberikan contoh kampanye gaya baru.

Anak muda sekarang yang masih di LN, diminta tinggal lebih lama. Agar menyerap banyak², dan dalam². Dipaksa anak muda disana untuk pelajari jauh² tentang sistem barat. Agar kemudian kemudi barat suatu saat bisa dikelola oleh tenggaranya Asia.

Bung, rasanya sedih sekali Indonesia andai melewatkan anak emas Indonesia bernama Anies Rasyid Baswedan.


Time to Change

Komentar

  1. Aku bertemu beliau saat mengisi seminar di kampus 2013 silam. Disaat aku merasa salah pilih jurusan hehe. Cuma aku lupa judul seminarnya apa bang boy. Semoga do'a dan dukungan tidak sia-sia dan Indonesia menjadi negara penuh solusi aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, seruu pernah ketemu. aamiin, sukses utk ulul ya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan. =============================== Tok tok tok... "Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia). 7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang". 6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal b...

Secret in Madrid

Enam hari lima malam, rasanya tak tahan saya berlama-lama di Madrid. Setiap 21 detik berlalu, selalu ada saja gadis spanyol yang hilir mudik di kawasan Grand Avia, Madrid. Hidung mancung, kaki melenggang panjang, dan body aduhai. Ada banyak secret in Madrid sesungguhnya. Hahha. Tapi maaf. Saya gak akan cerita lebih intim soal Spanyol, perempuan, dan body-nya. Saya juga sudah izin istri untuk bisa berfoto berdua dengan gambar yang anda lihat. Saya lupa namanya. Tapi yang saya ingat, mbak keturunan spanyol ini baik, tidak sombong, dan dengan senang diajak foto.. Hehhe. PERJALAN SUDAH DIMULAI Satu hal, tak ada dalam niat dan pikir saya saat pindah ke lembaga baru untuk terbang ke eropa, pun belahan dunia lainnya. Eropa, sesuatu yang sangat jauh dari nalar pikir saya. Bahkan saya ndak berani menghayal untuk menginjak kaki di tanah eropa. Maklum, anak Bekasi yang sampe sekarang pun ngomong bahasa inggris pasti diketawain. Mungkin, kalaupun raziq gedean dikit bakal malu punya abi ...