“Apa Motivasi anda daftar di Dompet Dhuafa mas?”, terlontar
pertanyaan dari sosok dingin yang kini menjadi Presiden Direktur DD dalam
situasi last interview Managaement Trainnee DD 2010. Dengan
ringan kemudian saya jawab, “Awalnya saya Apply
semua kode (MT) di JobsDB dan Jobstreet. Saya ndak faham apa itu Dompet
Dhuafa, tapi ibu saya ngotot untuk saya hadir pagi ini pak. Mungkin karna Ibu
saya sudah mengenal DD sejak semasa kerja dulu,” ujar saya.
Saya ingat sekali dalam situasi Interview tersebut sangat santai. Meski situasi tersebut adalah proses wawancara terakhir sebelum saya diangkat menjadi Management Trainnee DD. Ada suasana hangat diantara 3 sosok yang sangat ramah. Tiga sosok yang saya kagumi hingga hari ini. Ibu Rini - mantan Direktur Keuangan DD, Mas Arifin Purwakananta yang dulu Direktur Program dan kini Direktur Baznas, dan Pak Ahmad Juwaini yang kini menjadi Presiden Direktur DD.
Saya ingat sekali dalam situasi Interview tersebut sangat santai. Meski situasi tersebut adalah proses wawancara terakhir sebelum saya diangkat menjadi Management Trainnee DD. Ada suasana hangat diantara 3 sosok yang sangat ramah. Tiga sosok yang saya kagumi hingga hari ini. Ibu Rini - mantan Direktur Keuangan DD, Mas Arifin Purwakananta yang dulu Direktur Program dan kini Direktur Baznas, dan Pak Ahmad Juwaini yang kini menjadi Presiden Direktur DD.
Tiga hari sebelum prosesi simbolis kelulusan (Wisuda), saya
dihubungi oleh Mbak Yuyun. Staf HRD Dompet Dhuafa yang kini mengikut suaminya
tugas keluar kota. “Selamat ya mas, sampeyan lulus di Dompet Dhuafa. Diharapkan
besok bisa hadir dalam trainning singkat selama 4 hari.” Sontak telfon dari
mbak yuyun tersebut membuat saya bingung. Pasalnya, saya harus wisuda dalam
tiga hari kedepan. Singkat cerita saya jelaskan kondisi dan Dompet Dhuafa
dengan sangat tolerir membiarkan saya menyelesaikan prosesi wisuda terlebih
dahulu.
Diluar bayangan, saya bekerja di Dompet Dhuafa. Lembaga yang
entah kapan saya mengenalnya. Saya bekerja sebagai Amil, pekerjaan yang sama
sekali tidak ada dalam catatan cita-cita saya. Saya bekerja di Ciputat,
Tanggerang Selatan. Daerah yang sama sekali belum pernah saya injak sebelumnya.
Allah punya rencana temans. Dan kejutan belum usai sampai
disitu. Tiga pekan saya masuk dan bekerja, Empat anak MT 2010 yang baru saja
masuk tetiba diminta presentasi soal menjadi pimpinan Dompet Dhuafa HongKong. Termasuk
didalamnya seorang saya. Dua anak UI,
satu teman dari Unsud. Entah Syukur apalagi yang bisa saya dustakan. Direksi
mengamanahkan saya untuk berangkat, dengan misi yang diketahui setelahnya
adalah disiapkan menjadi pengganti Mas Abdul Ghofur, Pimpinan DD Hongkong yang
sudah sangat ngehits disana. Sampailah
anak kampung ini menginjak terminal International untuk kali pertama. Keterbatasan
bahasa Inggris pun, membuat saya berdzikir kencang saat tiba di Hongkong International
Airport. Ada cerita dimana imigrasi HK memang agak detail dalam prosesi
wawancaranya.
40 hari disana membuat saya memaknai perjuangan Dompet
Dhuafa sesungguhnya. Hanya memejamkan mata empat jam, sisanya dipakai untuk
membantu dakwah dan advokasi Buruh Migran disana. Mas Ghofur sungguh mengajarkan
saya akan itu. Dan semakin dalam mengenal Dompet Dhuafa.
Kembali dari Hongkong, tetiba saya dipindah kebagian
Fundraising Corporate. Kelola hibah perusahaan, kerjasama kampanye dengan Brand, dan optimalkan dana CSR
perusahaan mitra. Tiga tahun ada dalam posisi ini, keluar masuk gedung
bertingkat di Jakarta, sampai dilecehkan satpam salah satu gedung di Sudirman.
Masuk tahun keempat, kemudian saya dipindah ke Divisi Infak.
Kelola fundraising donasi non zakat
dan wakaf. Managing apapun yang bisa
menghasilkan dana infak, baik dari perusahaan maupun individu (retail). Mencari
donasi sedekah baik dalam maupun luar negeri. Divisi ini juga yang mengantarkan
saya bisa ke Jepang dan Qatar. Sungguh, (lagi) nikmat mana lagi yang mampu saya
Dustakan?!. Diantara celotehan gaji kecil, benefit
yang minim dari lembaga (katanya), ada makna lain yang mampu kami hirup
dalam-dalam. Keberkahan hidup dan kelancaran segala urusan menjadi bukti atas janji
Allah tersebut yang bernama BERKAH.
Berkah itu pula yang mengantarkan saya bertemu Ibundanya
Raziq (anak pertama saya), salah seorang pegawai Perusahaan Sawit asal Malaysia yang cukup Oke kredibilitasnya. Dalam pertemuan
singkat sesi wudhu sholat Dzuhur disalah satu gedung di kawasan Sudirman. Dengan
bertitel sebagai AMIL, dan (katanya) bergaji kecil, Alhamdulillah istri saya menerima dengan apa adanya dengan kondisi ketulusan yang saya berikan. Hingga kini, Istri yang senantiasa menyiapkan handuk untuk saya mandi, menyiapkan piring saat saya
lapar, dan ketulusa-ketulusan lain yang beliau berikan. Meski, (kalau boleh
jujur nih) – dulu saat melamar gaji saya setengah dari gaji istri saya,
ssssttttt.....
Segala Puji hanya Milik Allah, mengantarkan saya hingga sms
tim Human Capital pagi tadi:
“Assalamualaikum. Selamat kepada Boy Mareta, Sampai hari ini telah bergabung dengan Dompet Dhuafa selama 6 Tahun.(HRD-DD)”
“Assalamualaikum. Selamat kepada Boy Mareta, Sampai hari ini telah bergabung dengan Dompet Dhuafa selama 6 Tahun.(HRD-DD)”
Terima kasih Dompet Dhuafa, atas kesetiaanmu. Meski hampir dulu
aku mengkhianatimu J
josss gandossss, smoga makin barokahh
BalasHapusAamiin. Mhn bimbingannya kakak...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus