Langsung ke konten utama

Karna Sedekah Dua Ribu jadi Dua Juta, Ayah Muda Ini Terlihat Lebih Tampan :)

Kalau teman pernah ke Mall Pejaten Village, pasti akan bertemu booth layanan donasi Dompet Dhuafa di lantai dasar. Dekat musholla dan toilet. Setiap tanggal 25 hingga tgl 5 di setiap bulannya.

Tak jarang, booth mereka dikira sebagai layanan pembayaran toilet . Maka, seringkali duit dua ribuan lesuh ditaruh diatas booth.

Ada kejadian lucu tempo hari. Saat anak sekolah berpakaian putih merah sedekah malu-malu. Dikeluarkannya kocek Lima ribuan dr kantongnya. Tak lama dilemparkan ke booth, kemudian pergi berlari..

Ada cerita berikutnya yg tak kalah seru. Saat seorang lelaki yang sepertinya sudah menikah, melewati depan booth.

"Mbak, saya mau sedekah", ujar seorang pemuda lewat depan kami, tak lama uang dua puluh ribuan keluar dari kantong sebelah kanan beliau.

Seperti biasa, kami pun mencatat nama beliau dan mendoakan pemuda tersebut, sebagaimana SOP donasi yang diterapkan pada lembaga.

Allahu Akbar, siapa sangka. Pengantar doa menjadi penggerak hati pemuda tersebut. "Makasih mba, saya gak jadi sedekah 20 ribu, saya tambah jadi 2 juta ya mba". Ujar sang pemuda.

Semoga kita senantiasa dilunakan hatinya oleh Allah untuk terus bersedekah. Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Time to Change

Fokus pada tujuan. Tujuannya terfokus pada manfaat. Manfaatnya tertuju fokus pada Ummat. Mungkin itu yang ada dalam kepala seorang Anies. Sebagai salah satu aktivis di jamannya. Anies bukan sendirian. Banyak sejawat yang sampe hari ini juga masih terus bergerak. Disaat beberapa rekan sejawat terus mengarus di jalur politik, Anies sibuk mengisi diri. Sekolah sampai Luar Negeri. Forum sana sini diikuti. Seminar lokal dan internasional dilakoni. Peserta aktif dan hadir dalam pembicara substantif.  Sebagai satu diantara dari banyak aktivis di jamannya, Anies memang agak aneh dan beda. Saat yang lain mengisi perjuangan di kursi² legislasi, Anies mengisi ruang grassroot mendirikan Indonesia mengajar. Dipaksa anak² muda menyaksikan anak indonesia yang tidak setara terhadap haknya. Agar mereka paham apa masalahnya, bukan melulu masalahnya apa. Salah seorang senior selalu berpesan, memahami masalah adalah setengah jalan untuk menyelesaikan masalah. Anies melakukan itu. Saat sebagian lainnya...

Rumah Yang Membiru

Nampaknya belum hilang, memori saya beranjak dari kantor buncit awal Februari 2017 silam. Kampus hijau yang membuat saya "terlahir" untuk meneruskan perjuangan, sebagai seorang hamba. 7 tahun yang fantastis dalam fase kehidupan. =============================== Tok tok tok... "Mas Boy, ini laptop dan seluler beserta simcardnya ya. Login dan password sudah saya tuliskan di kertas kecil", ujar Human Resources (HR) Officer Yayasan Sayangi Tunas Cilik (sekarang Save The Children Indonesia). 7 Maret 2017. Satu bulan persis setelah meninggalkan rumah hijau. Setelah mbak HR pergi, saya membatin dalam hati. Keren sekali lembaga ini. Ini adalah poin pertama yang harus saya catat tentang pengelolaan Organisasi international. Cara sederhana lembaga memberi penghargaan kepada staf-nya. Bathin saya kemudian liar, nampaknya 3 tahun disini cukup. Dan saya catat satu per satu pelajaran baiknya sebelum nanti "pulang". 6 bulan kemudian saya tiba di Madrid, Spanyol. Padahal b...

Secret in Madrid

Enam hari lima malam, rasanya tak tahan saya berlama-lama di Madrid. Setiap 21 detik berlalu, selalu ada saja gadis spanyol yang hilir mudik di kawasan Grand Avia, Madrid. Hidung mancung, kaki melenggang panjang, dan body aduhai. Ada banyak secret in Madrid sesungguhnya. Hahha. Tapi maaf. Saya gak akan cerita lebih intim soal Spanyol, perempuan, dan body-nya. Saya juga sudah izin istri untuk bisa berfoto berdua dengan gambar yang anda lihat. Saya lupa namanya. Tapi yang saya ingat, mbak keturunan spanyol ini baik, tidak sombong, dan dengan senang diajak foto.. Hehhe. PERJALAN SUDAH DIMULAI Satu hal, tak ada dalam niat dan pikir saya saat pindah ke lembaga baru untuk terbang ke eropa, pun belahan dunia lainnya. Eropa, sesuatu yang sangat jauh dari nalar pikir saya. Bahkan saya ndak berani menghayal untuk menginjak kaki di tanah eropa. Maklum, anak Bekasi yang sampe sekarang pun ngomong bahasa inggris pasti diketawain. Mungkin, kalaupun raziq gedean dikit bakal malu punya abi ...